Minggu, 30 Januari 2011

ANALISIS SEMANTIK KOGNITIF
 PADA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TAHUN 2010

Nia Budiana
10745052
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Metafora, dalam semantik kognitif, merupakan proses kognitif dari konseptualisasi yang bergantung pada pemetaan antara dua bidang, atau tiga bidang. Metafora dapat didefinisikan sebagai penggunaan kata atau frasa untuk makna yang berbeda dari makna literalnya. Prinsip kognitif mengacu pada teori linguistik tradisional tentang hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran. Bahasa adalah produk pikiran manusia yang berdasarkan pada pengalaman hidupnya dan terkonseptualisasi melalui metafora. Umumnya, metafora selalu identik dengan bahasa kiasan atau stilistika. Metafora tidak pernah diposisikan sebagai suatu konsep berpikir manusia. Padahal sebenarnya, metafora dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pidato kenegeraan, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan beberapa metafora sebagai sarana untuk mengkonkretkan makna agar lebih dipahami oleh masyarakat. Metafora yang diciptakan mampu melembutkan kesan ambisius dan keinginan untuk melaksanakan hegemoni di lingkup internasional.
Keyword: Pidato Kenegaraan, semantik kognitif, metafora
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Sudah menjadi ‘tradisi’ tahunan bahwa presiden sebagai pengemban amanat tertinggi dalam struktur pemerintahan memberikan pidato kenegaraan menjelang ulang tahun kemerdekaan negeri ini dihadapan para wakil rakyat. Tepatnya tanggal 16 Agustus 2010, Susilo Bambang Yudhoyono selaku presiden Indonesia telah memberikan paparan pidato progress report kepemimpinannya selama setahun. sudah enam kali Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang lebih akrab disebut SBY, menjalani aktivitas semacam ini selama masa kepemimpinannya sejak pertama kali terpilih menjadi presiden RI pada tahun 2004 hingga sekarang.
            Dalam pidato kenegaraan tahun 2010, SBY mengungkap keberhasilan dan pemujian diri khususnya dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Banyak metafora yang digunakan dalam menyampaikan pernyataan dan gagasan kepada publik. Berpijak pada sikap Aristoteles dalam memandang metafora sebagai bentuk bahasa dekoratif yang bukan bahasa biasa, metafora didefinisikan sebagai alat retoris yang digunakan pada saat tertentu dan untuk menghasilkan efek tertentu. Dengan demikian, pandangan ini menganggap metafora sebagai bentuk bahasa tidak normal yang menuntut sebentuk interpretasi dari pendengar atau pembacanya (Saeed 1997: 303); Pidato kenegaraan yang identik dengan makna denotasi ternyata juga banyak mengandung metafora dalam bagian-bagiannya yang berperan dalam membangun makna publik. Menurut romantic view metafora menyatu dalam bahasa dan pikiran secara integral sebagai cara mempersepsi dunia. Inilah yang dibidik oleh presiden SBY dalam mempersepsi masyarakat Indonesia melalui metafora dalam pidatonya. Pidato ritual kenegaraan menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ini, disaksikan  baik dari kalangan wakil rakyat, pelaku usaha, atau rakyat sendiri. Sehingga metafora yang digunakan oleh presiden memberikan pemahaman yang besar terhadap masyarakat.
            Pandangan semantik kognitif terhadap metafora serupa dengan pandangan romantic view, bahwa metafora menyatu dalam bahasa sehari-hari, sehingga pembedaan antara yang literal dan yang figuratif tidaklah relevan. Namun, mereka juga menolak pandangan romantik bahwa seluruh bahasa merupakan metafora. Penganut semantik kognitif percaya bahwa metafora merupakan bentuk yang sangat penting dalam memahami dan membicarakan dunia, namun mereka juga menerima kehadiran konsep lain yang bukan metafora (Saeed 1997: 304). Mereka juga menolak pandangan Searle tentang metafora yang membedakan makna literal dan makna pembicara. Bagi mereka, kebanyakan makna bersifat metaforis dan kita tidak dapat memahaminya hanya dengan melakukan reinterpretasi, namun dengan cara berhubungan langsung dengan cara koseptualisasinya (Jaszczolt 2002: 350).
            Kognitivisme mengacu pada teori linguistik yang berdasar pada pandangan tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran (Lyons 1995: 97). Kognitivisme merupakan bagian dari linguistik fungsional yang menawarkan prinsip yang sangat berbeda dari linguistik formal dalam memandang bahasa. Secara eksternal, linguis fungsional berpendapat bahwa prinsip penggunaan bahasa terwujudkan dalam prinsip kognitif yang sangat umum; dan secara internal mereka berpendapat bahwa penjelasan linguistik harus melampaui batas antara berbagai macam tingkatan analisis (Saeed 1997: 300). Misalnya, penjelasan tentang pola gramatikal tidak dapat hanya dianalisis melalui prinsip sintaksis yang abstrak, tetapi juga melalui sisi makna yang dikehendaki pembicara dalam konteks tertentu penggunaan bahasa (Saeed 1997: 300).
            Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa kita tidak memiliki akses langsung terhadap realitas, dan oleh karena itu, realitas sebagaimana tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran manusia berdasarkan pengalaman mereka berkembang dan bertingkah laku (Saeed 1997: 300). Dengan kata lain, makna merupakan struktur konseptual yang dikonvensionalisasi (Saeed 1997: 300) dan bahasa merupakan cara eksternalisasi dari seluruh mekanisme yang terdapat dalam otak (Jaszczolt 2002: 345). Proses konseptualisasi ini, menurut penganut semantik kognitif, sangat dipengaruhi oleh metafora sebagai cara manusia memahami dan membicarakan dunia. Selain itu, dalam semantik kognitif juga ditelaah proses konseptual pembicara, meliputi viewpoint shifting, figure-ground shifting, dan profiling (Saeed 1997: 302).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tentang analisis semantik kognitif pada Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2010

2.      Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk dan makna metafora dalam pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010?

3.      Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk dan makna metafora dalam pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010?

B.     KAJIAN PUSTAKA
1.      Metafora
Metafora berasal dari bahasa Yunani “metaphora” yang berarti “memindahkan”, dari kata ‘meta’ artinya “di atas atau melebihi” dan ‘phrein’ artinya “membawa”. Sehingga, metafora didefinisikan sebagai satu set proses linguistik dimana setengah karakteristik suatu obyek “diangkat ke atas” atau “dipindahkan kepada obyek yang lain”. Sehingga, obyek yang kedua dituturkan atau diaplikasikan seolah-olah berada pada kedudukan obyek yang pertama.
Menurut stilistika, metafora didefinisikan sebagai analog yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat seperti pada ungkapan berikut ini bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata dan sebagainya. Perbandingan metafora ini secara langsung tanpa menggunakan kata-kata seperti, bak, bagai, bagaikan dan sebagainya. Sehingga, pokok pertama (obyek pertama) langsung dihubungkan dengan pokok kedua (obyek kedua). Berikut ini adalah contoh penggunaan metafora sebagai stilistika (Keraf, 2001:139)
1.      Pemuda adalah bunga bangsa.
2.      Orang itu adalah buaya darat.
3.      Dia adalah anak emas pamanku.
Menurut Lakoff dan Johnson dalam Metaphors We Live By (1988:3), umumnya metafora dilihat sebagai alat untuk menggambarkan imajinasi puitis aspek retorikal dan bahasa yang luar biasa. Selain itu, metafora juga dilihat sebagai suatu perkataan saja, bukan sebagai alat pemikiran atau perbuatan manusia. Padahal kenyataannya, ada banyak konsep dasar yang ada dalam sistem pengetahuan manusia yang dipahami sebagai konsep metafora seperti waktu, jumlah, keadaan, perubahan, gerakan, akibat, tujuan, alat, kemampuan dan kategorisasi. Semua konsep ini menyatu dalam tata bahasa dan menjadi suatu metafora yang alami.
2.      Metafora Dalam Semantik Kognitif
Metafora, dalam semantik kognitif, merupakan proses kognitif dari konseptualisasi yang bergantung pada pemetaan antara dua bidang, atau tiga menurut Lakoff (Cruse 2004: 201), yaitu source domain (tenor), biasanya konkret dan familiar; target domain (vehicle), lebih abstrak (Jaszczolt 2002: 354 dan Saeed 1997: 303); dan set of mapping relation atau korespondensi. Korespondensi yang terdapat dalam metafora ini, menurut Lakoff, terdiri dari dua macam, yaitu korespondensi ontologis dan korespondensi epistemis. Korespondensi ontologis mengacu pada sifat dasar dari dua entitas yang dihubungkan tersebut, sedangkan korespondensi epistemis mengacu pada pengetahuan kita yang menghubungkan kedua entitas tersebut.
Terkait dengan metafora dalam linguistik kognitif, Lakoff dan Johnson mengemukakan tentang Hipotesis Invariance, yang akhirnya diganti menjadi The Invariance Principle (Lakoff, 1992:5) yaitu :
Metaphoricals mappings preserve the cognitive topology (that is, the image schema structure)of the source domain, in a way consistent with the inherent structure of the target domain.”
The Invariance Principle adalah suatu hipotesis yang menyatakan metafora hanya dapat dipahami jika berasal dari daerah sumber yang selaras dengan konteksnya. Ini terkait dengan struktur dasar pada berbagai pemahaman, yang kemudian disebut sebagai Invariance.
Selain itu, Lakoff dan Johnson juga mengemukakan tentang konsekuensi abstrak dalam menggunakan The Invariance Principle (Lakoff, 1992:5) sebagai berikut  :
Abstact reasoning is a special case of imaged based reasoning. Imaged based reasoning is fundamental and abstract reasoning is image-based reasoning under metaphorical projections to abstract domain.”
“Alasan abstrak adalah alasan yang dibuat berdasarkan pencitraan khusus. Alasan pencitraan adalah dasar dan alasan abstrak adalah alasan yang dibuat berdasarkan pencitraan dibawah proyeksi metafora menuju ke wilayah abstrak.”
Selain itu, ada tiga pemetaan pada struktur skema metafora (Lakoff, 1992:10) yaitu :
1.   Tempat  (containers)
2.   Jalan  (path)
3.   Pencitraan yang di citrakan  (force-Image)      
Berdasarkan struktur skema pemetaan metafora yang dibagi dalam beberapa konsep seperti waktu (time), keadaan (state), perubahan (change), gerakan (action), penyebab (causation), tujuan (purpose)  dan alat (means), berikut ini adalah contoh metafora dalam kajian semantik kognitif :
a.       Konsep waktu (time), yang dijelaskan pada metafora berikut ini :
·         Time passing is a motion of an object. (Perubahan waktu adalah objek yang bergerak), yang diekspresikan dalam contoh kalimat di bawah in:
-       Christmast is coming.
(Natal akan datang)
-       The time has passed.
(Waktu berlalu)
·         Time passing is motion over a landscape.
(Perubahan waktu adalah gerakan diatas pemandangan), yang diekspresikan dalam contoh kalimat di bawah ini :
-          We’re coming up on Christmast.
(Kita akan bertemu dengan Natal)
-          He passed the time.
(Dia melewatkan waktu)
Analisis :
Pada contoh kalimat (a) dan (c), keduanya hanya bersifat sementara, contoh kalimat (a) lebih memfokuskan pada waktu yang bergerak dan contoh kalimat (c) lebih memfokuskan pada subjek atau pengamat. Begitu halnya, dengan contoh kalimat (b) dan kalimat (d), pemetaan yang rinci membuat perbedaan diantara keduanya.
·         Secara ontologi, waktu dipahami sebagai sesuatu yang menyatu dengan tempat dan gerak. Secara kondisi waktu terjadinya, adalah waktu sekarang yang bersamaan dengan lokasi pengamat.
·         Pemetaan (mapping) :
-       Waktu adalah sesuatu.
-       Perubahan waktu adalah gerak.
-       Waktu yang akan datang adalah di depan pengamat, begitu sebaliknya.
-       Sesuatu bergerak, sementara yang lainnya sebagai alat.
·         Pengekoran (entailment) :
-          Sejak gerakan berlangsung terus-menerus dalam satu dimensi, maka alur waktu juga berlangsung terus-menerus dalam satu dimensi.
-          Maka, waktu dipahami sebagai metafora yang mengandung konsep gerakan, kesatuan dan lokasi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman manusia.
b.      Konsep tujuan (purpose), yang dijelaskan pada metafora berikut ini :
·      A purposeful life is a journey
     (Tujuan hidup adalah perjuangan), yang diekspresikan dalam contoh kalimat di bawah ini :
-       He got a head start in life. He’s without direction in his life.
(Dia mendapatkan kesempatan memulai hidupnya. Dia tanpa arah dalam hidupnya)
-       I’m where I want to be in life.
(Aku berada dimana aku ingin)
-       I’m at a crossroads in my life.
           (Aku ada di persimpangan jalan)
·           Analisis :
§  Pemetaan (mapping) :
-     Hidup adalah perjuangan.
-       Pelancong (Traveler) adalah  orang yang menjalani hidup.
-       Hidup sebagai alat untuk mencapai tujuan.
§      Target wilayah (Target domain) :
-  Target wilayah (target domain) :    Hidup (life)
-  Sumber wilayah (source domain) :    Ruang (space)
-  Kejadian (events):  Waktu.           
-  Tujuan (purposes) : Tujuan hidup.  
·           Maka, hidup dipahami sebagai metafora yang mengandung konsep tujuan yang diharapkan manusia. Tujuan hidup adalah pencapaiannya dalam jangka waktu lama, tujuan dari kegiatan dan perjalanan itu sendiri
Dalam aliran linguistik kognitif, menafsirkan suatu kalimat dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Salah satunya adalah makna suatu kata (dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan oleh obyek yang menjadi referensinya, melainkan pemahaman penutur (pengguna bahasa tersebut) terhadap obyek sangat penting. Oleh karena itu, dalam fenomena bahasa diperlukan penghayatan dan pemahaman tentang konsep figur dan latar.
Pemaknaan merupakan proses akhir dalam suatu komunikasi (aktivitas berbahasa) atau perujukan benda nyata dengan tujuan untuk mendapatkan informasi makna yang jelas dan benar pada suatu tanda bahasa atau benda. Kejelasan dan kebenaran menangkap informasi makna sangat diperlukan agar di antara partisipan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan etika dan kaidah berbahasa. Selain itu kejelasan dan kebenaran menangkap informasi makna tanda bahasa merupakan tugas antar partisipan dalam komunikasi, agar kelangsungan komunikasi tetap terjaga. Karena kasalahan menangkap informasi akan dapat menimbulkan kesalah pahaman dan merusak kelangsungan proses komunikasi.

C.    METODE PENELITIAN
              Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) menerangkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang diperoleh adalah berupa data deskriptif dan memberikan gambaran atau lukisan secara sistemati, factual, dan akurat mengenai metafora dalam semantik kognitif pada pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010. Selain itu, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu kegiatan mencari sumber data dengan cara mempelajari masalah secara teoritis dari berbagai literatur yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber.
              Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah perekaman dan pencatatan. Peneliti merekam data awal pidato kenegaraan dan kemudian mencatat data dalam bentuk tulisan. Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap antara lain:
1.   Teknik reduksi data atau pemilahan data.
Pada mulanya diidentifikasikan menjadi satuan bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
2.   Teknik kategorisasi data.
Setelah itu, data yang telah dikumpulkan dan disusun dalam kategorisasi yaitu memilah–milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
3.   Teknik interpretasi.
Selanjutnya, data yang sudah diberikan koding akan diinterpretasi oleh peneliti sesuai dengan hipotesis yang sudah ditemukan.

D.    HASIL  DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis dari penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung metafora seperti berikut ini:
1)      Dan kita menjadi pelopor dalam tatanan dunia baru, yang dibangun di atas reruntuhan Perang Dunia II.
2)      Pernyataan kemerdekaan yang kita umumkan kepada dunia, ikut menyalakan api perlawanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika kepada penjajahan, dan menghasilkan arus dekolonisasi yang mengubah peta politik dunia.
3)      Semua itu masih tetap penting dan relevan, dan merupakan bagian dari agenda besar kita.
4)      Apakah Indonesia akan menjadi bangsa yang unggul di Asia, atau menjadi sebuah negeri dengan demokrasi yang rapuh?
5)      setelah tiga peralihan generasi, dan setelah mengalami berbagai gejolak dan pasang surut, bangsa Indonesia memasuki Abad ke-21 dalam kondisi yang lebih kokoh.
6)      Hasilnya, peta politik Indonesia telah berubah secara fundamental.

Pembahasan dari hasil analisis kata-kata yang mengandung metafora dalam pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 adalah seperti berikut ini:
  1. Dan kita menjadi pelopor dalam tatanan dunia baru, yang dibangun di atas reruntuhan Perang Dunia II.
v Metafora: Perubahan (change), yang diekspresikan melalui kata “pelopor”.
v Pemetaan (mapping) :
a.       Perubahan adalah gerakan. (changes are movements)
§  Target wilayah (target domain)           :  Perubahan (change)
§   Sumber wilayah (source domain)      :  Ruang (space)
§  Kejadian (events)                                : Waktu 
b.      Akibat adalah tekanan. (causes is forces)
§  Kegiatan yang dilakukan dengan dorongan kuat maka akan menghasilkan gerakan yang kuat.
v Pengekoran (entailment) :
§   Perubahan terkait dengan keadaan saat ini, akan datang ketika memulai atau meninggalkan suatu keadaan.
§   Maka, perubahan bisa dipahami sebagai konsep gerakan yang menyebabkan akibat. Ini didasari oleh pengalaman dan pengetahuan manusia dalam melihat perubahan dari keadaan yang sebelumnya dan sesudahnya.
v Kata “dibangun” dalam konsep pemikiran yaitu ide atau pikiran yang merujuk sebagai sesuatu yang memulai. (penanda atau simbol). Sementara, acuan atau referen adalah realisasi atau perwujudan dari kata “pelopor”. Namun, konsep yang dimaknai pada penanda berbeda dengan konteks kalimat yang menyebutkan “di atas reruntuhan Perang Dunia II.”. Fenomena yang terjadi adanya perubahan (change) dari konsep kata “pelopor” yang sebenarnya menjadi konsep kata “dibangun”. Dalam semantik kognitif, pengarang berusaha untuk menggunakan konsep dasar metafora yaitu berubah (change) untuk lebih memaknainya digunakan dua kata yang kontras, yaitu “dibangun” dan “reruntuhan”. Perubahan ini di dorong oleh suatu akibat yang berada di luar segitiga makna dan terikat oleh ruang dan waktu.
  1. Pernyataan kemerdekaan yang kita umumkan kepada dunia, ikut menyalakan api perlawanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika kepada penjajahan, dan menghasilkan arus dekolonisasi yang mengubah peta politik dunia.
v Metafora: gerakan (action), yang diekspresikan dengan “menyalakan api perlawanan”
v Pemetaan:
a.       Gerakan adalah sesuatu yang dimulai untuk perubahan
b.      Kemerdekaan adalah penyebab dari perlawanan
Target wilayah (Target domain) :
-       Target wilayah (target domain)            :  peta politik dunia
-       Sumber wilayah (source domain)         :  Ruang (space)
-       Kejadian (events)                                  :  Waktu.           
-       Tujuan (purposes)                                 : Kemerdekaan
v Pengekoran
Kata kemerdekaan menjadi penyebab munculnya perlawanan dari bangsa-bangsa di Asia dan Afrika kepada penjajahan.
Kemerdekaan dapat menghasilkan arus dekolonialisasi yang mengubah peta politik dunia.
v Kata “kemerdekaan” dalam konsep pemikiran suatu keadaan yang bebas dari penjajahan dari pihak manapun, (penanda atau simbol). Sementara, acuan atau referen adalah realisasi atau perwujudan dari kata “kemerdekaan”. Namun, konsep yang dimaknai pada penanda berbeda dengan konteks kalimat yang menyebutkan “menyalakan api perlawanan.”. Fenomena yang terjadi adanya gerakan perlawanan dari kata “menyalakan api perlawanan” yang diakibatkan oleh kata”kemerdekaan”. Dalam semantik kognitif, pengarang berusaha untuk menggunakan konsep dasar metafora yaitu berubah (change) untuk lebih memaknainya digunakan dua kata yaitu “kemerdekaan” dan “menyalakan api perlawanan. Kemerdekaan adalah titik awal memulai sebuah pergerakan yang lebih baik dalam melawan penjajahan dan menjadikan perubahan pada peta politik dunia. Itulah yang ingin disampaikan oleh presiden kepada rakyat agar tetap menjaga kemerdekaan seperti api yang akan mengubah kondisi dunia.

3.      Semua itu masih tetap penting dan relevan, dan merupakan bagian dari agenda besar kita.

v Metafora: tujuan (purpose)  yang ditunjukkan dalam kata “agenda”
v Pemetaan (mapping) :
-     Hidup adalah perjalanan.
-     Dalam hidup akan ada sebuah tujuan
-       Hidup sebagai alat untuk mencapai tujuan.
v Target wilayah (Target domain) :
-       Target wilayah (target domain)      :  Hidup (life)
-       Sumber wilayah (source domain)   :  Ruang (space)
-       Kejadian (events)                            :  Waktu.           
-       Tujuan (purposes)                           : Menjadi bangsa yang hebat
v Maka, hidup dipahami sebagai metafora yang mengandung konsep tujuan yang diharapkan manusia. Tujuan hidup adalah pencapaiannya dalam jangka waktu lama, tujuan dari kegiatan dan perjalanan itu sendiri. Dalam hal ini tujuan hidup adalah untuk menuntaskan sebuah agenda besar menjadi bangsa yang agung dalam lingkup nasional dan internasional. Sebagai bangsa yang berkembang, presiden mengimbau bahwa rakyat Indonesia masih punya satu tujuan besar yang belum tercapai dan masih dalam proses pencapaian. Tujuan adalah alat dalam hidup, dan hidup adalah sarana untuk mencapai tujuan itu.

4.      Apakah Indonesia akan menjadi bangsa yang unggul di Asia, atau menjadi sebuah negeri dengan demokrasi yang rapuh?
v Metafora: keadaan (state), yang ditandai dengan kata “rapuh”
v Pemetaan:
-       Target wilayah (target domain)  :  Asia
-       Sumber wilayah (source domain) :  Ruang (space)
-       Kejadian (events)                       :  Waktu.           
-       Tujuan (purposes)                      : bangsa yang unggul
v Pengekoran
-       Rapuh dipahami sebagai metafora yang mengandung konsep keadaan yang rentan terhadap kemerosotan dan kegagalan.
-       Waktu adalah gerakan yang akan mengubah keaadaan yang ada sekarang.

5.      Setelah tiga peralihan generasi, dan setelah mengalami berbagai gejolak dan pasang surut, bangsa Indonesia memasuki Abad ke-21 dalam kondisi yang lebih kokoh.
v Metafora: keadaan (state), yang ditandai dengan kata “rapuh”
v Pemetaan:
-    Target wilayah (target domain)           :  Asia
-    Sumber wilayah (source domain)       :  Ruang (space)
-    Kejadian (events)                                :  Waktu.           
-    Tujuan (purposes)                               : bangsa yang unggul

v Pengekoran
-             Kata Kokoh dipahami sebagai metafora yang mengandung konsep keadaan yang stabil, seimbang dan bergerak menuju kemakmuran.
-             Waktu adalah gerakan yang akan mengubah keaadaan yang ada sekarang.

6.      Hasilnya, peta politik Indonesia telah berubah secara fundamental.
v Metafora: alat yang digambarkan dengan kata “peta”
v Pemetaan:
-          Target wilayah (target domain)           :  Indonesia
-          Sumber wilayah (source domain)       :  Ruang (space)
-          Kejadian (events)                                :  Waktu.           
-          Tujuan (purposes)                               : perubahan
v Pengekoran
Maka, peta dipahami sebagai sebuah metafora yang mengandung konsep alat,alat ini akan dijalankan oleh waktu untuk mencapai tujuan yaitu sebuah perubahan. Perubahan adalah kondisi awal kedatangan/ kelahiran dari sebuah gerakan.
v Pada kata “peta”, penanda dan referen mempunyai makna yang sejajar. Fenomena metafora yang terjadi adalah adanya alat yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan dalam hidup. Presiden menggunakan kata “peta” sebagai bentuk pencitraan terhadap alat yang menyebabkan sebuah keadaan berubah. Masyarakat disuguhi kata dengan pencitraan yang lebih mudah. Kata “peta” mewakili alat yang pada akhirnya akan berhubungan dengan keadaan Negara Indonesia. Dalam mencapai sebuah keadaan yang diinginkan/tujuan yang diinginkan, maka rakyat membutuhkan alat dan waktu.



E.     SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metafora pada pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 merupakan gaya presiden  untuk mengibaratkan makna sebenarnya yang terkesan ambisius dan mengandung hegemoni dalam dunia internasional. Provokasi atau imbauan untuk memajukan Indonesia dikemas dalam metafora-metafora dengan pencintraan yang lekat sehingga mudah untuk dipahami rakyat.

F.     DAFTAR PUSTAKA
Cruse, Alan. 2004.  Meaning in Language: an Introduction to Semantics and Pragmatics (edisi kedua). New York : Oxford University Press.
Howell, Steve R.  2000. Metaphor, Cognitive Models, Language. Mc.Master University
Jaszczolt, K.M.  2002. Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse. Edinburgh: Pearson Education.
Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.
.Lakoff , G. and Johnson, M. 1987. Women, Fire, and Dangerous Thing: What categories reveal about the mind, Chicago : The University of Chicago Press
Lakoff, G & Johnson, M., 1980.  Metaphors We Live By,  Chicago : The University of Chicago Press
Lakoff, George. 1992. The Contemporary Theory of Metaphor. Cambridge University Press.
Lyons, John. 1995. Linguistic Semantics. New York: Cambridge University Press.  

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saeed. John. I. 1997. Semantics. Malden: Blackwell Publisher Inc.




1 komentar: