Minggu, 30 Januari 2011

KAIDAH FONOTAKTIK PADA BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA

KAIDAH FONOTAKTIK
PADA BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA

Oleh: Sunar Dwigdjowahono
10745051

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Harimurti Kridalaksana (2005: 5) bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia itu banyak ragamnya terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, muda, orang tani, ada orang kota, ada yang bersekolah, ada yang tak pernah sekolah, pendeknya yang berinteraksi dalam berbagai lapangan kehidupan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia dalam mengadakan interaksi dengan sesama anggota masyarakat. Manusia berbicara, bercerita dan mengungkapkan pikirannya tidak bisa lepas dari adanya bahasa. Sebagai mahluk individu dan sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunanya.
Di sisi lain bahasa mengalami perubahan sejalan dengan perubahan dan perkembangan dalam masyarakat. Sebagaimana diketahui, bahasa merupakan sarana ekspresi dan media komunikasi dalam kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu dan tekhnologi di dunia barat ternyata juga membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia, khususnya bidang kosakata atau peristilahan. Selain itu bahasa sebagai alat untuk ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah fungsi bahasa secara sempit. Fungsi bahasa secara luas adalah untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol sosial. Secara garis besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi bahasa lisan dan bahasa tulis. Salah satu fungsi bahasa adalah fungsi tekstual. Fungsi tekstual berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk mata rantai kebahasaan dan mata 2 rantai unsur situasi yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh pemakainya baik secara lisan maupun tertulis.
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya (Chaer, 2003: 191). Jadi proses pemendekan adalah keinginan untuk menghemat tempat (tulisan) dan ucapan. Perkembangan bentuk pemendekan dalam bahasa Indonesia terlihat dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat penuturnya, terutama dalam media massa. Bentuk-bentuk pemendekan, kontraksi, akronim, dan singkatan. Pemenggalan yaitu pemendekan dengan cara meringkas leksem/bagian leksem. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (misal mayjen mayor jendral, rudal peluru kendali, dan sidak inspeksi mendadak) (Depdiknas, 2005: 23). Sedangkan, singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf (misal DPR, PGRI, yth., dsb., dan hlm); kependekan; ringkasan. Bentuk pemendekan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah akronim.
Dalam bahasa lisan, kata umumnya terdiri atas rentetan bunyi yang satu mengikuti yang lain. Bunyi-bunyi itu mewakili rangkaian fonem serta alofonnya. Rangkaian fonem itu tidak bersifat acak, tetapi mengikuti kaidah tertentu. Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu fonem dinamakan kaidah fonoaktik (Alwi, 2003: 28). Rangkaian fonem yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai pola-pola fonotaktik pemakaian akronim yang terdapat dalam surat kabar Jawa Pos. akronim adalah hasil pemendekean yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata (Chaer, 2003: 192). Wujud pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, berupa pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tak beraturan. Misalnya : jutkak (petunjuk pelaksanaan), inpres (instruksi presiden), wagub (wakil gubenur) dan lain-lain. Akronim memilik kombinasi konsonan dan vokal yang terpadu dan serasi, sehingga memungkinkan akronim diperlakukan sebagai kata yang wajar, minimal pada pengucapannya. Maka dari itu, dalam pembentukan akronim diharapkan sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa yang bersangkutan, lebih jelasnya bahwa pembentukan akronim bahasa Indonesia hendaknya serasi dengan kaidah fonotaktik bahasa Indonesia. Kaidah fonotaktik merupakan kaidah-kaidah yang mengatur urutan atau hubungan antara fonem-fonem suatu bahasa. Fonotaktik mempunyai pola yang terkait dengan pola penyukuan kata dan pergeseran bunyi menimbulkan variasi bunyi satu fonem yang sama (dalam http://nusantaralink.blogspot.com/ 2009/01/ lingustika-tanyajawab- kebahasaan.html).
Fonotaktik akronim bahasa Indonesia banyak dipakai. Contoh, Jurkam merupakan gabungan silabe baru dan silabe baru. Bentuk akronim pertama yang berasa dari dua kata adalah gabungan silabe baru dari kata pertama dan silabe baru dari kata kedua. Akronim jurkam pada contoh (1) merupakan kependekan dari juru kampenye. Jur dan kam merupakan silabe-silabe baru dari juru dan kampanye. Partai Amanat Nasional (PAN) merupakan gabungan fonem-fonem awal dari kata pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini biasanya ditulis dengan huruf kapital. Akronim PAN dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /p/, /a/, /n/. Akronim PAN merupakan gabungan fonem awal kata pertama /p/ dari kata Partai, fonem awal kata kedua /a/ dari kata Amanat, dan fonem awal kata ketiga /n/ berasal dari kata Nasional. Jadi, akronim PAN merupakan kependekan dari Partai Amanat Nasional.
Depnakertrans merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata pertama, silabe kedua dari kata kedua, silabe ketiga dari kata ketiga, dan silabe keempat dari kata keempat. Akronim Depnakertrans dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama dep dari kata departemen, silabe kedua dari kata kedua na dari kata tenaga, silabe awal dari kata ketiga ker dari kata kerja, dan silabe awal dari kata keempat trans dari kata transmigrasi.

KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kaidah Fonotaktik
Kaidah fonotaktik adalah kaidah yang mengatur perjejeran fonem dalam bahasa Indonesia (Alwi, 1993: 28). Dalam bahasa lisan, kata umumnya terdiri atas rentetan bunyi : yang satu mengikuti yang lain. Bunyi-bunyi itu mewakili rangkaian fonem serta alofonnya. Rangkaian fonem itu tidak bersifat acak, tetapi mengikuti kaidah tertentu. Fonem yang satu mengikuti fonem yang lain ditentukan berdasar konvensi di antara para pemakai bahasa itu sendiri.
Tiap bahasa mempunyai ciri khas dalam fonotaktik, menurut (Djoko kentjono, 2005: 164) kaidah fonotaktik yakni aturan dalam merangkai fonem untuk membentuk satuan fonologis yang lebih besar, misalnya suku kata. Bahasa Indonesia mempunyai pola suku kata V, VK, KV, KVK dan mengenal pola suku kata VKK, KKV, KKVK, KVKK, KKVKK, KKKV dan KKKVK dalam ragam (V = Vokal, K = Konsonan).
Bahasa Indonesia mengizinkan jejeran seperti /-nt-/ (untuk), /-rs-/ bersih, dan /-st-/ pasti, tetapi tidak seperti /-pk-/ dan /-pd-/ tidak ada morfem bahasa Indonesia yang menjejerkan fonem seperti yang dicontohkan diatas. Jadi, bentuk-bentuk seperti opkir dan kapdu terasa janggal dan memang tidak ada kata dengan jejeran fonem yang demikian dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, singkata, terutama dalam bentuk akronim, hendaknya serasi dengan kaidah fonotaktik kita. Selain tidak mengizinkan jejeran /-pk-/ dan /-pd-/ dalam bahasa Indonesia tidak dijumpai suku kata yang berakhiran /c/ dan /j/.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kaidah fonotaktik adalah kaidah yang mengatur perjejeran fonem untuk membentuk fonologis yang lebih besar.
Hubungan Akronim dengan Kaidah Fonotaktik
Penggunaan akronim memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pemakai bahasa. Bahasa Indonesia baku adalah bahasa yang dapat dipahami dan sesuai dengan situasinya serta tidak menyimpang dari kaidah yang telah dibakukan (Finoza, 2002: 12). Ragam bahasa baku bercirikan tiga sifat, yaitu : (1) memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah atau aturan yang tetap, (2) bersifat kecendikian, artinya sering kali digunakan dalam suasana formal dan bersifat ilmiah, (3) memiliki keseragaman kaidah.
Berdasarkan pemahaman diatas, keberadaannya akronim dan pemakaiannya dalam komunikasi (dalam hal ini digunakan pada penulisan-penulisan dalam media massa), juga sudah seharusnya mengikuti kaidah fonotaktik. Terlebih jika dikaitkan dengan salah satu media massa (koran) sebagai syarat atau sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Pengertian Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret yang disingkat (Finoza, 1993: 23). Misalnya mayjen adalah mayor jendra, rudal adalah peluru kendali, dan sidak adalah inspeksi mendadak. Mengakronimkan berarti membuat akronim atau menjadikan akronim. Pada bagian lain istilah akronim diartikan sebagai singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan yang huruf dan suku kata dari deret yang disingkat.
Pengertian yang lain dikemukakan oleh (Depdiknas, 2005: 24) tentang istilah akronim, yaitu singkatan yang berupa gabungan suku kata, huruf awal, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata dan diperlakukan sebagai kata.
Lebih dalam pembahasan itu disertai contoh sebagai berikut :
• ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
• SIM (Surat Izin Mengemudi)
• Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
• Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
• Pemilu (Pemilihan Umum)
• Tilang (Bukti Pelanggaran)
Istilah akronim dengan redaksi yang sama, yaitu singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret suku kata yang diperlukan sebagai kata. Dengan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akronim merupakan salah satu jenis singkatan. Namun tidak semua singkatan disebut akronim, karena akronim dapat dibaca seperti kata pada umumnya.
Tarigan memberikan pengertian yang lebih detail tentang akronim. Tarigan menyatakan bahwa istilah berasal dari bahasa yunani yaitu “Akros” yang berarti paling tinggi, dan “Onyma” yang berarti nama. Jadi secara harfiah akronim berarti nama yang paling tinggi atau paling agung (Tarigan, 1993: 171).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akronim adalah upaya menyingkat kata baik berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
Adanya akronim sangat diperlukan, hendaknya diperhatikan beberapa syarat yang antara lain sebagai berikut: (1) jumlah suku kata akronim jangan melebihi yang lazim pada kata Indonesia dan (2) akronim dibentuk dengan memperhatikan keserasian kombinasi vokal juga bisa dilafalkan sebagai kata yang wajar, maka kadang-kadang akronim dapat diberi afiks atau imbuhan.
Afiks Akronim Penagfiksasian Nosi
men-
ber-
di—kan Tilang
SIM
ebtanas menilang
Ber-SIM
diebtanaskan melakukan
mempunyai
dibuat jadi

2.1 Bentuk-Bentuk Akronim
Sebagaimana bentuk akronim yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, bentuk akronim menurut Tarigan (1993: 172) dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu (1) akronim dari huruf awal kata, misalnya ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan sebagainya; (2) akronim dari suku kata atau penggalan kata, misalnya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), Mendikbud (Mentri Pendidikan dan Kebudayaan), Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan), dan sebagainya; (3) akronim dari huruf awal kata dan suku kata atau penggalan kata, misalnya Akabri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Kopertis (Koordinator Perguruan Tinggi Swasta), KORPRI (Korp Pegawai Indonesia), dan sebagainya.
Sementara Finoza menjelaskan bentuk-bentuk akronim lebih detail. Secara lengkap bentuk akronim yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang disingkat, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
Misalnya :
FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISPA : Saluran Pernapasan Atas
KONI : Komite Olahraga Nasional Indonesia
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya :
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kadin : Kamar Dagang dan Industri
Sespa : Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri oleh tanda titik..
Misalnya :
radar : Radio Detecting and Ranging
rapim : Rapat Pimpinan
rudal : Peluru Kendali

Pola Fonotaktik
Setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri kaidah kebahasaannya, termasuk didalamnya kaidah deretan fonemnya. Deretan fonem yang terdapat dalam bahasa Indonesia mempunyai pola fonotaktik seperti halnya deretan fonem bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Deretan fonem tersebut meliputi deretan vokal, deretan konsonan, deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata.
1. Deretan vokal dalam bahasa Indonesia
Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan napas dan karena itu masing-masing termasuk dalam suku kata yang berbeda. Deretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
/iu/ : tiup, nyiur
/io/ : kios, radio, biola
/ia/ : tiap, dia, giat
/ei/ : mei
/ea/ : beasiswa, kreasi
/eo/ : feodal, beo, pemeo
/ae/ : daerah
/ai/ : saingan
/au/ : kaum, mau
/oa/ : soal, doa
/ui/ : kuil, buih
/ua/ : dua, puasa, suap
/ue/ : kue, duet
/uo/ : kuota
/əi/ : seiket
/əe/ : seekor
/əa/ : seakan
/əu/ : seutas
/əə/ : keenam
Deretan vokal di atas adalah deretan vokal yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia. Apabila ada bentuk/bunyi yang didalamnya menggunakan deretan vokal tersebut tidak akan terasa asing bagi kita.
2. Deretan konsonan dalam bahasa Indonesia
Seperti halnya deretan vokal, deretan konsonan dalam bahasa Indonesia juga cukup bervariasi. Adapun variasi dari deretan konsonan tersebut adalah :
a. Deretan konsonan dalam satu suku kata
1) Jika dua konsonan berderet dalam satu suku kata yang sama, maka konsonan yang pertama hanyalah /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /f/, /s/, dan /d/, sedangkan konsonan yang kedua hanyalah /l/, /r/, /w/, atau /s/, /m/, /n/ dan /k/
/pl/ : pleonasme, pleno, taplak
/bl/ : blanko, gamblang
/kl/ : klinik, klasik
/gl/ : global, gladi
/fl/ : flamboyan, flu
/sl/ : slogan, slip
/br/ : brantas, obral, ambruk
/tr/ : tragedi, mitra
/dr/ : drama, drastis
/kr/ : kriminal, akrab, krupuk
/gr/ : gram, granat
/fr/ : fragmen, diafragma, frustasi
/sr/ : pasrah, sragen
/ps/ : psikologi, pseudo, psikiater
/ks/ : ekstra, eksponen
/dw/ : dwifungsi, dwidar
/sw/ : swalayan, swasembada
/kw/ : kwintal, kwitansi
/sp/ : sponsor, spanduk
2) Jika tiga konsonan berderet dalam satu suku kata, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/ atau /p/, dan yang ketiga /r/ ata /l/.
/str/ : strategi, instruksi
/spr/ : sprei
/skr/ : skripsi, manuskrip
/skl/ : sklerosis

b. Deretan dua konsonan dalam suku yang berbeda adalah sebagai berikut :
/mp/ : empat, pimpin
/mb/ : ambil, gambar
/nt/ : untuk, ganti
/nd/ : indah, pandang
/nc/ : lancar, kunci
/ňj/ : janji, banjir
/ŋk/ : engkau, mungkin
/ŋg/ : angguk, tinggi
/ŋs/ : bangsa, angsa, mangsa
/ns/ : insaf, insan, insang
/rb/ : kerbau, terbang
/rd/ : merdu, merdeka, kerdil
/rg/ : harga, pergi, sorga
/rj/ : kerja, terjang, sarjana
/rm/ : permata, cermin, derma
/rn/ : warna, purnama, ternak
/rl/ : perlu, kerlip, kerling
/rt/ : arti, serta, harta
/rk/ : terka, perkara, murka
/rs/ : bersih, kursi, gersang
/rc/ : percaya, karcis, persik
/st/ : isteri, pasti, dusta
/sl/ : perlu, kerling, kerlip
/kt/ : arti, serta, harta
/ks/ : paksa, laksana, seksama
/?d/ : takdir
/?n/ : laknat, makna, yakni
/?l/ : takluk, maklum, taklim
/?r/ : makruf, takrif
/?w/ : dakwa, takwa
/pt/ : sapta, optik, baptis
/ht/ : sejahtera, tahta, bahtera
/hk/ : bahkan
/hŝ/ : dahsyat
/hb/ : sahbandar
/hl/ : ahli, mahligai, tahlil
/hy/ : sembahyang
/hw/ : bahwa, syahwat
/sh/ : ,ashur
/mr/ : jamrut
/ml/ : jumlah
/lm/ : ilmu, gulma, palma
/gn/ : signal, kognitif
/np/ : tanpa
/sb/ : asbak, asbes, tasbih
/sp/ : puspa, aspirasi, aspal
/sm/ : basmi, asmara
/km/ : sukma
/ls/ : palsu, balsem, pulsa
/lj/ : salju, aljabar
/lt/ : sultan, salto
/pd/ : sabda, abdi
/gm/ : magma, dogma
/hd/ : syahdan, syahdu
3. Deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata
Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapapun panjangnya suatu kata, wujud kata yang membentuknya mempunyai struktur dan pola fonotaktik. Suatu kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Berikut adalah deretan vokal (V) dan konsonan (K) yang membentuk suku kata dalam bahasa Indonesia beserta contoh katanya :
a. V : a-mal, su-a-tu, tu-a
b. VK : ar-ti, ber-il-mu, ka-il
c. KV : pa-sar, sar-ja-na, war-ga
d. KVK : pak-sa, ke-per-lu-an, pe-san
e. KKV : slo-gan, kop-pra
f. KKVK : teks-til, a-trak-si
g. KVKK : teks-til, kon-teks-tual, mo-dern
h. KKKV : stra-te-gi, stra-ta
i. KKKVK : struk-tur, in-struk-tur
j. KKVKK : kom-pleks
k. KVKKK : korps

Deretan vokal dan konsonan yang membentuk satu suku kata seperti tersebut di atas itulah yang berterima dalam bahasa Indonesia, selain itu tak berterima.
Perbedaan Akronim dengan Singkatan
Perbedaan yang sangat mendasar tentang penulisan atau pembentukan tulisan dan akronim adalah dari segi keserasian kombinasi masing-masing unsurnya. Singkatan dibentuk dari satuan huruf tanpa memperhatikan keserasiannya. Cara membacanya juga dieja satu demi huruf dari unsur pembentuknya, contohnya cm dilisankan centimeter, sin dilisankan sinus, DDT dilisankan de-de-te dan lain sebagainya.

Bentuk-Bentuk Akronim
Akronim Nama Diri berupa Gabungan Huruf Awal
Akronim nama diri yang gabungan huruf awal harus ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar secara keseluruhan. Bentuk akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dapat dilihat pada contoh: NEM, KIP, DAU, LIPI, GAM, HUT, OKI dan lain lain.

Akronim Nama Diri berupa Gabungan Suku Kata
Akronim nama diri berupa gabungan suku kata huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik. Bentuk nama diri yang berupa gabungan suku kata dapat dilihat pada contoh: Mensesneg, Menhan, Seskab, Menkominfo, Kepri, Kalteng, Sekjen, Kapolresta, Dirjen, Hanura, Menku, Kemenkes, Banwaslu, Menko Polhukam, Letjen, Osaka, Kemenag, Kejari, Golkar, Kemendiknas, Mabes, Komjen, Humas, Polri, Irjen, Bareskrim, Lemhanas, Hipmi, Dirut, Unhas, Setgab, Patkamla, Pemkab, Perpres, Dispendik, Kejagung, Sulbar, Sekdes, Kades dan lain-lain.
Akronim Bukan Nama Diri berupa Gabungan Huruf
Akronim bukan nama diri berupa gabungan huruf seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri oleh titik. Bentuk akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dapat dilihat pada contoh: unas, bimbel, ebtanas, pilkada, panja, pemilu, parpol, ketum, lapas, markus, jarkom, alkom, migas, pasob, pansel, kunker, walhi dan lain-lain.

Pola-pola Fonotaktik
Deretan Vokal dalam Bahasa Indonesia
Menkeu
DAU
Deretan Dua Konsonan Berderet dalam Satu Suku Kata yang Berbeda
Perpres.
Deretan Dua Konsonan dalam Suku Kata yang Berbeda
/ns/ : Mensesneg
/nh/ : Menhan
/lr/ : Polri
/sk/ : Seskab
/mb/ : bimbel
/nk/ : Menkominfo
/lt/ : Kalteng
/st/ : Kapolresta
/lk/ : pilkada
/nk/ : Menkeu
/ns/ : pansel
/nj/ : panja
/sl/ : bawaslu
/rp/ : paspol
/lh/ : Menkopolhukam
/tj/ : Letjen
/rk/ : markus
/lk/ : Golkar
/nd/ : Kemendiknas
/rj/ : Irjen
/mh/ : Lemhanas
/pm/ : Hipmi
/nh/ : Unhas
/tg/ : Setgab
/tk/ : Patkamla
/mk/ : pemkab
/nk/ : kunker
/lh/ : walhi
/nd/ : Dispendik
/kd/ : sekdes

Pembahasan
Bentuk-bentuk Akronim
Akronim Nama Diri Berupa Gabungan Huruf Awal
Akronim nama diri yang gabungan huruf awal harus ditulis dengan huruf capital atau huruf besar secara keseluruhan. Bentuk akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dapat dilihat di bawah ini.
1. ”Hasil ebtanas yang dirangkum dalam NEM (Nilai Ebtanas Murni)”
Akronim NEM merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim NEM dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /n/, /e/, /m/. Akronim NEM merupakan gabungan fonem awal kata pertama /n/ yang berasal dari kata Nilai, fonem awal kedua /e/ yang berasal dari kata Ebtanas, dan fonem awal yang ketiga /m/ yang berasal dari kata Murni. Jadi, akronim NEM merupakan kependekan dari Nilai Ebtanas Murni.
2. ”Komisi Informasi Publik (KIP) diharapkan menjadi ujung tombak dalam upaya penegakan informasi yang diperlukan publik”
Akronim KIP merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim KIP dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /k/, /i/, /p/. Akronim KIP merupakan gabungan fonem awal kata pertama /k/ yang berasal dari kata Komisi, fonem awal kedua /i/ yang berasal dari kata Informasi, dan fonem awal yang ketiga /p/ yang berasal dari kata Publik. Jadi, akronim KIP merupakan kependekan dari Komisi Informasi Publik.
3. ”Menag Suryadharma Ali membantah anggapan bahwa setoran haji dan Dana Abadi Umat (DAU) dimanfaatkan untuk pengoperasian Kemenag kemarin”.
Akronim DAU merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim DAU dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /d/, /a/, /u/. Akronim DAU merupakan gabungan fonem awal kata pertama /d/ yang berasal dari kata dana, fonem awal kedua /a/ yang berasal dari kata abadi, dan fonem awal ketiga /u/ yang berasal dari kata umat. Jadi, akronim DAU merupakan kependekan dari Dana Abadi Umat.
4. ” ... sebagai yang dilaporkan Kepala Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)”.
Akronim LIPI merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim LIPI dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /l/, /i/, /p/, /i/. Akronim LIPI merupakan gabungan fonem awal kata pertama /l/ yang berasal dari kata Lembaga, fonem awal kedua /i/ yang berasal dari kata Ilmu, fonem awal ketiga /p/ yang berasal dari kata Pengetahuan, dan fonem awal yang keempat /i/ berasal dari kata Indonesia. Jadi, akronim LIPI merupakan kependekan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
5. ”Banyak pejabat pemerintahan dan mantan tokoh GAM yang membesuk”.
Akronim GAM merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim GAM dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /g/, /a/, /m/. Akronim GAM merupakan gabungan fonem awal kata pertama /g/ yang berasal dari kata Gerakan, fonem awal kedua /a/ yang berasal dari kata Aceh dan fonem awal yang ketiga /m/ yang berasal dari kata Merdeka. Jadi, akronim GAM merupakan kependekan dari Gerakan Aceh Merdeka.
6. ”Banyak cara warga memeriahkan HUT ke-803 kota Banda Aceh kemarin”
Akronim HUT merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim HUT dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /h/, /u/, /t/. Akronim HUT merupakan gabungan fonem awal kata pertama /h/ yang berasal dari kata Hari, fonem awal kedua /u/ yang berasal dari kata Ulang dan fonem awal yang ketiga /t/ yang berasal dari kata Tahun. Jadi, akronim GAM merupakan kependekan dari Hari Ulang Tahun
7. ”Desa Gajah Makmur, kecamatan Sungai Menang, Ogan Kuning Ilir (OKI)
Akronim OKI merupakan gabungan fonem-fonem awal pertama, kedua dan ketiga. Akronim bentuk ini ditulis dengan huruf kapital. Akronim OKI dibentuk dengan menggabungkan fonem-fonem awal yaitu /o/, /k/, /i/. Akronim OKI merupakan gabungan fonem awal kata pertama /o/ yang berasal dari kata Ogan, fonem awal kedua /k/ yang berasal dari kata Komering dan fonem awal yang ketiga /i/ yang berasal dari kata Ilir. Jadi, akronim OKI merupakan kependekan dari Ogan Ilir Komering.
Kutipan-kutipan di atas merupakan kata yang sengaja disingkat untuk maksud tertentu. Bisa dibayangkan apabila akronim KIP yang kepanjangannya adalah Komisi Informasi Publik ditulis secara lengkap maka tulisan tersebut akan sangat panjang.

Akronim Nama Diri Berupa Gabungan Suku Kata
Akronim nama diri berupa gabungan suku kata huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik. Bentuk nama diri yang berupa gabungan suku kata dapat dilihat pada kutipan-kutipan dibawah ini.
1. ”Presiden meninjau situasi room bersama tiga mentri coordinator, kepala UKP4 Kontoro Mangku Subroto, Mensesneg Sudisilalahi, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Kapolri Jendral Bambang Hendarso Dunari”
Pada kutipan diatas terdapat tiga akronim, akronim yang pertama adalah Mensesneg. Mensesneg merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata yang pertama, silabe kedua dari kata yang kedua, dan silabe yang ketiga dari kata yang ketiga. Akronim Mensesneg dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama Men dari kata Mentri, silabe yang kedua Ses dari kata Sekretaris, dan silabe ketiga Neg dari kata yang ketiga Negara. Akronim Mensesneg merupakan kependekan dari Mentri Sekretaris Negara.
Akronim yang kedua dari kutipan dia atas adalah Menhan, Menhan merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata yang pertama, dan silabe kedua dari kata yang kedua. Akronim Menhan dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama Men dari kata Mentri, silabe yang kedua han dari kata Pertahanan. Akronim Menhan meruapakn kependekan dari Mentri Pertahanan.
Akronim yang ketiga dari kutipan diatas adalah Kapolri. Kapolri merupakan bentuk gabungan silabe yang pertama, silabe yang kedua dan gabungan fonem. Akronim Kapolri dibentuk berdasarkan silabe baru dari kata pertama Ka dari kata kepala, silabe yang kedua dari kata Pol dari kata Polisi, dan gabungan fonem /ri/ yang berasal dari kata Republik dan Indonesia. Akronim Kapolri merupakan kependekan dari Kepala Polisi Indonesia.
2. ”Alamsyah menyebutkan, ada enam daerah lain yang tengah diproses yakni, Kepri, Kalteng, Lampung, Banten, Jabar dan Jogjakarta”.
Pada kutipan diatas terdapat tiga akronim, akronim yang pertama adalah Kepri. Kepri merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata yang pertama, dan silabe pertama dari kata yang kedua. Akronim Kepri dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama kep dari kata Kepulauan. Silabe yang kedua ri dari kata Riau. Akronim Kepri merupakan kependekan dari Kepulauan Riau.
Akronim yang kedua dari kutipan diatas adalah Kalteng. Kalteng merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata yang pertama, dan silabe pertama dari kata yang kedua. Akronim Kalteng dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama Kal dari kata Kalimantan, silabe yang kedua teng dari kata Tengah. Akronim Kalteng merupakan kependekan dari kata Kalimantan Tengah.
Akronim yang ketiga dari kutipan diatas adalah Jabar. Jabar merupakan bentuk akronim dari gabungan silabe baru dari kata yang pertama, dan silabe pertama dari kata yang kedua. Akronim Jabar dibentuk berdasarkan gabungan silabe baru kata pertama Ja dari kata Jawa, silabe yang kedua bar dari kata Barat. Akronim Jabar merupakan kependekan dari kata Jawa Barat.


Daftar Pustaka

Chaer, abdul. 2005. Linguistik Umum. Jakarta; Rineka Cipta
Depdiknas. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung; CV Pustaka Setia
Finosa, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia non-jurusan Bahasa. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama
Hasan, Alwi dkk. 2005. Tata Baku Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka utama
http://nusantaralink.blogspot.com/2009/linguistika-tanyajawab-kebahasaan.html



2 komentar:

  1. lengkap sekali infonya kak thanks

    tractors

    BalasHapus
  2. Casino Vibez Resort & Casino - Mapyro
    Casino Vibez Resort & Casino in Las Vegas, NV, located in Paradise, Nevada. Casino Vibez 구리 출장마사지 Resort 진주 출장샵 & Casino offers a 문경 출장샵 wide variety of 제천 출장마사지 casino gaming options and slot Distance to airport: 3.6 kmNearest airport: McCarran International Airport (Denver 경상북도 출장마사지 Rating: 3 · ‎7 reviews

    BalasHapus