Minggu, 30 Januari 2011

SUBJEK DALAM KALIMAT AKTIF BAHASA JAWA

SUBJEK DALAM KALIMAT AKTIF BAHASA JAWA

Oleh:
Rahmad Setyo Jadmiko
10745044

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
2011
SUBJEK DALAM KALIMAT AKTIF BAHASA JAWA

Abstrak : subjek dalam kalimat aktif bahasa Jawa jika dilihat secara sekilas memang tidak ada penggolongan yang mecolok, akan tetapi jika kita melihat bagaimana struktur pembentuknya maka akan diketahui jenis-jenis subjek tersebut. Mengamati dari strukturnya maka tidak lepas dari kata benda yang sering sekali dijadikan subjek dalam kalimat aktif bahasa Jawa.
Kata kunci : subjek, predikat, aktif, kalimat aktif

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
 Subjek dalam bahasa sudah banyak dibicarakan dalam Paramasastra Jawa. Namun pembahasannya hanya sederhana, tidak dijelaskan secara jelas. Seperti dalam Paramasastra Jawa milik Padmosoekotjo (1987), Reringkesaning Paramasastra Jawa oleh Antunsuhono (1953), Sarining Paramasastra Jawa oleh Poerwadarminta (1953), Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa oleh Sasangka (2008) serta Tata Sastra milik Hadiwidjana (1967). Penjelasan tentang subjek yang ada dalam buku itu hanya dijelaskan contoh-contoh kalimat yang mengandung subjek, tanpa menjelaskan pembentukannya.
Para penulis buku Paramasastra seperti Antunsuhono, Hadiwidjana, Sastrasoepadma, dan Poerwadarminta mempunyai pernyataan yang sama tentang kedudukan subjek dalam kalimat. Menurut Antunsuhono (1953: 9), subjek itu bagian yang dijelaskan bagaimana aktivitasnya dalam kalimat. Poerwadarminta (1953: 14) mengatakan subjek itu sebagai pusat. Begitu pula Sastrasoepadma (1958: 23) menyatakan bahwa subjek itu pokok kalimat, atau bagian dari kalimat yang diceritakan. (Hadiwidjana, 1967: 42) Subjek itu pusat atau pokok kalimat. Sedangkan menurut Sasangka (2008: 168) subjek adalah bagian baku dari sebuah kalimat. Dari pendapat mereka, bisa diambil kesimpulan bahwa yang menjadi bakunya kalimat ialah subjek, setelah itu baru predikat menjadi penjelasan dari subjek, atau yang menerangkan subjek.
Seperti contoh kalimat bahasa Jawa yang diambil dari Paramasastra-paramasastra di atas:
(1) a. Paidi nguber tikus.
b. Paidi iku ngapa?
c. Sapa sing nguber tikus?
(2) a. Kucing nguber tikus.
b. Kucing iku ngapa?
c. Apa sing nguber tikus?
Antara kalimat (1a) dan kalimat (2a), subjeknya yaitu Paidi dan Kucing yang sama-sama kata benda dan melakukan kegiatan nguber, tetapi beda atara kegiatan subjek pada kalimat (1a) dengan kegiatan subjek kalimat (2a). Subjek pada kalimat (1a) yaitu Paidi, kegiatannya dikarenakan berpikir, jadi subjeknya insani. Sedangkan subjek pada kalimat (2a) yaitu kucing, kegiatannya karena naluri, jadi subjeknya non-insani.
Pada kalimat (1a) dan kalimat (2a) tidak dijelaskan predikatnya, karena kegiatan subjek yang menentukan subjek itu sendiri, buka predikat yang menentukan subjek, predikat hanya menggambarkan kegiatan subjek. Untuk menelaah penjelasan kalimat di atas, bisa diceri menggunakan kata pertanyaan. Untuk mengetahui predikat kedua kalimat itu bisa menggunakan kata tanya ngapa. Seperti dalam kalimat pertanyaan (1b) dan kalimat pertanyaan (2b), dari kalimat pertanyaan, keduanya mempunyai jawaban yang sama yaitu nguber tikus. Akan tetapi jika mencari subjek pada kalimat (1a) dan kalimat (2a) maka menggunkan kata tanya sapa atau apa. Seperti di kalimat pertanyaan (1c) dan (2c). Untuk mencari subjek manusia dan subjek bukan manusia, jelas berbeda.
Dari pernyataan-pernyataan di atas bisa diambil pengertian bahwa subjek lebih baku daripada predikat, karena biasanya subjek itu terbentuk dari kata benda yang sifatnya berdiri sendiri. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang tentang pembentuk subjek dan jenis subjek pada kalimat aktif yang berasal dari kata benda. Menurut Subagyo (2008: 38) kata benda bisa dibedakan menjadi: (1) berwujud yang aktivitasnya karena nalar dan pikiran, (2) berwujud yang aktivitasnya karena naluri, (3) berwujud yang aktivitasnya karena keadaan, (4) berwujud tanpa aktivitas, dan (5) berwujud tanpa aktivitas akan tetapi bisa bergerak.
Dari pernyataan Subagyo (2008) dapat diambil kesimpulan secara umum, apa benar kata benda yang menjadi subjek kalimat seperti disebut di atas bisa menjadi subjek kalimat aktif yang mempunyai peran berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebabkan oleh nalar dan pikiran menjadi subjek di kalimat aktif?
2. Bagaimana penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebabkan oleh naluri menjadi subjek di kalimat aktif?
3. Bagaimana penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebakan oleh keadaan menjadi subjek di kalimat aktif?
4. Bagaimana penggunaan kata benda berwujud yang tidak beraktivitas menjadi subjek di kalimat aktif?
5. Bagaimana penggunaan kata benda berwujud tanpa aktivitas tapi bisa bergerak menjadi subjek di kalimat aktif?

1.3 Tujuan Maslah
1. Mendeskrisikan penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebabkan oleh nalar dan pikiran menjadi subjek di kalimat aktif.
2. Mendeskrisikan penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebabkan oleh naluri menjadi subjek di kalimat aktif.
3. Mendeskrisikan penggunaan kata benda berwujud yang aktivitasnya disebakan oleh keadaan menjadi subjek di kalimat aktif.
4. Mendeskrisikan penggunaan kata benda berwujud yang tidak beraktivitas menjadi subjek di kalimat aktif.
5. Mendeskrisikan penggunaan kata benda berwujud tanpa aktivitas tapi bisa bergerak menjadi subjek di kalimat aktif.





KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kalimat Aktif
 Menurut penggolongan berdasarkan diatesis, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Sasangka (2008: 189) mengatakan bahawa kalimat aktif yaitu kalimat yang predikatnya berbentuk kata kerja aktif. Kata kerja yang menjadi predikat dalam kalimat aktif biasanya menggunakan awalan nasal (anusuwara dalam bahasa Jawa) m-, n-, ny-, ng-, dan akhiran –i, atau –ke. Subjek di kalimat aktif biasanya melakukan aktivitas atau penindak, sedangkan objek dalam kalimat aktif biasanya menjadi penyandang.
 Lalu Sudaryanto, dkk (1991: 13) menyatakan bahwa kalimat aktif yaitu kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, biasanya diawali dengan awalan nasal (anusuwara) dan tidak memakai objek, kadang bukan objek tetatpi pelengkap. Seperti yang dikatakan Padmosoekotjo (1987: 147) jika dilihat dari tidak dan adanya objek, maka kalimat aktif dapat dibedakan menjadi dua, kalimat aktif berobjek dan kalimat aktif tanpa objek. Kalimat aktif berobjek, predikatnya bisa dijadikan untuk pasif, lalu objek dijadikan subjek.

2.2Kedudukan di Kalimat Aktif
2.2.1 Predikat
 Predikat yaitu semua kata atau klausa yang menjelaskan subjek dalam hal pekerjaan, tingkah laku, kegiatan, sifat, keadaan, atau yang lainnya. Dalam kalimat aktif predikat berasal dari kata kerja, sehingga predikatnya disebut predikat aktif. Predikat aktif itu menjelaskan subjek dalam melakukan pekerjaan, atau tingakah laku subjek (Subagyo, 2008: 34-36). Sasangka (2008: 173) menyebutkan bahwa prdikat itu bagian yang menjadi inti atau pusat dadi kalimat. Kalimat tanpa adanya predikat belum bisa disebut kalimat, akan tetapi disebut frasa.
 Tampubolon (1979: 6) dan Parera (1988: 128) sama-sama menyetujui bahwa penemuan dari Wallace Chafe, yaitu struktur kalimat terbangun dari kata atau frasa verba dan kata atau frasa benda. Lalu Kridalaksana (1984: 204) menjelaskan bahwa frasa kerja mempunyai pengaruh terhadap frasa benda di sekitarnya. Oleh karena itu, frasa kerja menjadi bakunya kalimat atau konstituen pusat.

2.2.2 Subjek
 Seperti yang sudah dibicarakan, bahwa subjek itu bagian kalimat yang dijelaskan, yang dibicarakan, yang diceritakan bagaimana keadaannya, dan tingkah lakunya. Subjek menunjukan kedudukannya di tata kalimat yang menjadi baku kalimat setelah predikat. Umumnya subjek itu berupa kata benda, atau frasa benda. Subjek itu berada di sebelah kiri predikat (Subagyo, 2008: 36-37).
 Sasangka menjelaskan (2008: 168) bahwa subjek yaitu bagian yang menjadi baku kalimat. Menurut struktur kalimat, subjek itu rata-rata berada di depan, namun ada juga yang berada di tengah-tengah atau akhir kalimat. Subjek biasanya berbentuk kata benda atau frasa benda.
 Dengan penjelasan di atas, bahwa subjek itu mempunyai sifat-sifat: (1) menjadi baku kalimat, (2) berdiri sendiri, (3) terjadi dari kata benda atau kata-kata yang sudah dibuat menjadi kata benda (Subagyo, 2008: 38). Di sini kata benda dianggap berwujud, lalu diperlukan tingkah laku dan kegiatan dari benda yang dianggap berwujud. Dengan begitu kata benda bisa dipilah menjadi:
1. berwujud yang kegiatannya karena nalar dan pikiran
2. berwujud yang kegiatannya karena naluri
3. berwujud yang kegiatanyya karena keadaan
4. berwujud tanpa keadaan
6. berwujud tanpa kegiatan akan tetapi bisa bergerak.
 Penjelasan mengenai kata benda juga dijelaskan oleh Gudai (1981: 61) kata benda bisa dipilah bedasarkan fitur semantik nomina menjadi:
1. bisa dihitung dan tidak bisa dihitung
2. mempunyai potensi dan tidak mempunyai potensi
3. animat
4. human
5. unik
6. laki dan perempuan
7. mayoritas-umum
8. jamak-dual.
Jika subjek kalimat itu terjadi dari benda berwujud yang tingkah lakunya atau kegiatannya kerana keadaan, maka perilakunya mesti berbeda dengan benda berwujud seperti manusia. Kalimat yang subjeknya berkegiatan karena keadaan disebut kalimat kejadian, karena dapat dirasakan disebabkan karena keadaan atau kejadian (Subagyo, 2008: 77). Lalu pembentuk kata benda dalam kalimat aktif bahasa Jawa menggunakan akhiran –ku, -mu, -e (Antunsuhono, 1953: 48)

2.2.3 Objek
 Objek adalah semua yang dilakukan oleh objek, sehingga objek itu harus dapat berdiri sendiri, seperti kata banda, kata pengganti, atau semua kata yang dijadikan kata benda (Subagyo, 2008: 39). Sasangka (2008: 176-177) menjelaskan bahwa objek itu bakal ada kalau kalimatnya berbentuk kalimat aktif. Objek itu bagian yang bergantung dengan predikat. Objek dalam kalimat akan ada bila predikatnya berupa kata kerja. Selain itu tidak akan ditemukan objek. Seperti yang sudah dijelaskan, objek itu adalah yang dituju atau yang dikenai pekerjaan.

2.4 Triaspek Sintaksis
 Wedhawati (2006: 46) menjelaskan bahwa kalimat bisa dianalisis berdasarkan jenis kata, kedudukan, dan pembangun kata dalam kalimat. Ketiga dasar itu disebut triaspek sintaksis (Sudaryanto, Ed dalam Adipitoyo, 2006: 6). Menurut Sasangka (2008: 168) bila membahas kalimat dengan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, sebenarnya hal itu membahas kedudukan kata atau funsi kata. Jika membahas kalimat dengan melihat siapa yang melakukan kegiatan dan siapa yang menjadi sasaran, itu berarti berdasarkan peran.







MODEL PENELITIAN

Tata cara yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk analisa yaitu menggunakan metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1986: 62 dan 1988: 9). Metode simak yaitu menyimak semua bahasa yang digunakan oleh orang lain. Metode cakap yaitu wawancara antara peneliti dengan nara sumber.
 Bahasa yang diteliti yaitu bahasa Jawa ngoko. Bahasa Jawa itu ada empat ragam, yaitu ragam fungsional, ragam sosial, ragam regional, serta raga, temporal. Berdasarkan fungsional, bahasa Jawa yang dianalisis yaitu bahasa baku (standart). Bahasa Jawa yang digunakan untuk analisa ini yaitu bahasa Jawa percakapan sehari-hari, yaitu ragam ngoko, berdasarkan wilayah yaitu bahasa Jawa dialek Mataraman, dan temporal untuk masa kini.
 Di dalam analisa ini akan disertai data kalimat dan dibawahnya akan diberi keterangan peran kata tersebut menggunakan huruf kapital, seperti di bawah ini:
J = jejer atau subjek
W = wasesa atau predikat
L = lesan atau objek
K = katrangan atau keterangan
P = pengganep atau pelengkap













PEMBAHASAN

4.1 Subjek Berwujud yang Aktivitasnya Dikarenakan Nalar dan Pikiran
 Subjek dalam kalimat aktif berwujud manusia atau kata benda yang pekerjaanya dikarenakan nalar dan pikiran, yang predikatnya ditambah awalan nasal (N) tanpa mendapat akhiran. Seperti contoh dibawah ini
1. Paidi nguber tikus karo nesu.
  J W L K
2. Pulisi nyekel maling.
  J W L
3. Sakur njiwit Wiwik amarga gemes.
  J W L K
4. Sinta ngombe jamu amarga lara.
  J W L K
5. Ibu nandur pari.
  J W L
6. Siti nata sandhangan.
  J W L
7. Kardi mbuntu kalen nganggo watu.
  J W L K
Kalimat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7) dinamakan kalimat aktif berobjek yang predikatnya sifat aktif, karena mendapat nasal (N). Kata Paidi, Pulisi, Sakur, Sinta, Ibu, Siti, dan Kardi yang menjadi subjek kalimat berupa kata benda yang berwujud yang kegiataanya dikarenakan nalar atau pikiran. Kata karo nesu sebagai sarana, kata amarga gemes dan amarga lara sebagai keterangan penyebab, dan kata nganggo watu sebagai keterangan alat, semuanya menjadikan lebih jelas.
Selain kalimat aktif berpredikat dengan awalan nasal (N), juga ada kalimat aktif yang predikatnya mendapat akhiran (-i). Seperti contoh di bawah ini:
8. Pak Edi ndandani lawang amrih bener.
  J W L K
9. Simbok makani pitik.
  J W L
10. Martini ngresiki meja nganggo kemoceng.
  J W L K
11. Mario mageri karangan.
  J W L
12. Ita naleni rambute nganggo pita.
  J W L K
13. Simin medhoti tali.
  J W L
 Kalimat (8), (9), (10), (11), (12), dan (13) dinamakan kalimat aktif yang berwalan (N) berakhiran (-i), karena kata ndandani, makani, ngresiki, mageri, naleni, dan medhoti yang menjadi predikat kalimat. Kata-kata tersebut bersifat melakukan pekerjaan. Kata Pak Edi, Simbok, Martini, Mario, Ita, dan Simin termasuk kata benda yang kegiatannya dikarenakan nalar dan berpikir.
 Predikat kalimat yang mendapatkan awalan nasal dan akhiran –ke, mempunyai sifat aktif. Seperti contoh di bawah ini:
14. Bapak nguncalake watu.
  J W L
15. Karto ngubetake udheng ing sirah.
  J W L K
 Perdikatnya berbentuk aktif berakhiran –ke yang mempunyai sifat melakukan kegiatan atau pekerjaan. Kata Bapak dan Karto yang menjadi subjek termasuk kata benda yang kegiatannya dikarenakan nalar dan pikiran. Objek pada kalimat itu yaitu watu dan udheg sebagai yang kena pekerjaan. Dan kata ing sirah merupakan keterangan tempat.

4.2 Subjek Berwujud yang Aktivitasnya Dikarenakan Naluri
 Kata kerja berwujud yang aktivitasnya atau kegiatannya dikarenakan naluri biasanya mencerminkan hewan. Kalimat aktif di sini predikatnya kerja aktif, dan subjeknya melakukan aktivitas karena naluri. Seperti contoh di bawah ini.
16. Kucing nguber tikus.
  J W L
17. Jaran nyepak Paijo.
  J W L
18. Ula mangan kodhok.
  J W L
19. Cemeng ngombe susu.
  J W L
20. Walang ngrusak tanduran pari.
  J W L
21. Lamuk nyecep getihku.
  J W L
22. Laler ngrubung bangke.
  J W L
 Contoh di atas merupakan kalimat aktif yang predikatnya terbentuk dari kata dasar dan awalan nasal. Serta bersifat aktif, beraktivitas, dan melakukan kegiatan. Kata benda yang berwujud yang aktivitasnya didasari oleh naluri yaitu pada kata kucing, jaran, ula, cemeng, walang, lamuk, dan laler. Kata-kata tersebut berperan sebagai subjek dalam kalimat aktif.
 Selain kalimat aktif yang predikatnya aktif yang mendapat awalan nasal, ada juga yang predikatnya diimbuhi akhiran –i dan juga yang diimbuhi akhiran -ke. Seperti contoh di bawah ini:
23. Asu ndilati sikilku.
  J W L
24. Tawon nyecepi sarining kembang.
  J W L
25. Kupu mencloki kembang.
  J W L
26. Semut ngebaki kamarku.
  J W L
27. Pitik nyucuki borokku.
  J W L
28. Laron ngubengi lampu.
  J W L
29. Kucing mecahake piring.
  J W L
30. Pitik numplegake sega.
  J W L
 Kalimat (23), (24), (25), (26), (27), dan (28) termasuk kalimat aktif berlesan yang predikatnya aktif berakhiran (-i). Kata benda berwujud yang aktivitasnya didasari oleh naluri, seperti kata asu, tawon, kupu, semut, pitik, dan laron. Kata-kata tersebut merupakan subjek dari kalimat aktif. Sedangkan kata sikilku, sarining kembang, kembang, kamarku, borokku, dan lampu menjadi objek yang dikenai aktivitas.
 Predikat kalimat berbentuk aktif berakhiran –ke yang mempunyai sifat aktif, melakukan kegiatan, atau tingkah laku. Karena kata mecahake dan numplegake yang menjadi kalimat mendapat awalan nasal dan akhiran –ke. Kata kucing dan pitik menjadi subjek kalimat yang termasuk kata benda yang berwujud akan tetapi melakukan aktivitasnya didasari dengan naluri. Kata piring dan sega berperan sebagai objek yang dikenai pekerjaan.

4.3 Subjek Berwujud yang Aktivitasnya Dikarenakan Keadaan
 Subjek berbentuk kata benda yang gerakannya dikarenakan keadaan akan dipaparkan, di sini subjek bukanlah penindak. Meskipun predikatnya aktif dan mengandung unsur gerakan. Seperti contoh di bawah ini:
31. Oyote ngisep banyu.
  J W L
32. Alang-alang ngrusak tanduran liya.
  J W L
33. Udane ngaco acara.
  J W L
 Kata oyote, alang-alang, dan udane kedudukannya menjadi subjek dan termasuk kata benda yang gerakannya didasari oleh keadaan. Sedangkan predikatnya mempunyai kesan aktif atau pekerjaan, dan berupa kata kerja berawalan nasal.
 Dan juga terjadi pada predikat yang berawalan nasal dan akhiran –i, atau –ke. Di sini subjek juga bukan merupakan penindak. Meskipun predikat berawalan nasal yang menggambarkan aktif atau gerakan dari subjek. Seperti contoh-contoh di bawah ini:
34. Eceng gondhok ngebaki Kali Mas.
  J W L
35. Wit jambu ngrontoki latar.
  J W L
36. Wit asem ngrubuhi gapura.
  J W L
37. Wit wringin ngayomi codhot.
  J W L
38. Kembang matahari ngetutake srengenge.
  J W L
 Kata ngebaki, ngrontoki, ngrubuhi, ngayomi, dan ngetutake sebagai predikat aktif dan juga mempunyai gambaran aktif, bergerak, atau gerakan. Kata benda yang menjadi subjek yaitu enceng gondhok, wit jambu, wit asem, wit wringin, dan kembang matahari bergerak dengan didasari karena keadaan. Sedangkan semua objeknya dikenai pekerjaan.

4.4 Subjek Berwujud yang Tidak Bisa Bergerak
 Kata benda yang berwujud akan tetapi tidak bisa bergerak sudah dipastikan semua benda mati atau tidak bernyawa. Jika kata itu berposisi di subjek maka kata itu bukan sebagai penindak, meskipun bersifat melakukan kegiatan, gerakan, atau pun aktivitas. Di sini juga tergambarkan keadaan yang terjadi pada objek. Seperti contoh di bawah ini:
39. Lampune nyentrong mripat.
  J W L
40. Petelote nyubles tangan.
  J W L
41. Lawange nyepit drijiku.
  J W L
42. Taline nekek gulu.
  J W L
43. Latune ngobong sarungku.
  J W L
44. Kabele nyetrum tanganku.
  J W L
 Predikat kalimatnya antara lain, nyentrong, nyubles, nyepit, nekek, ngobong, dan nyetrum sebagai penjelas yang berbentuk aktif. Predikatnya mempunyai kesan aktif atau pekerjaan, dan berupa kata kerja berawalan nasal. Begitu juga yang terjadi pada predikat yang berawalan nasal dan berakhiran –i atau –ke. Seperti contoh di bawah ini:
45. Bleduge ngregedi jogan.
  J W L
46. Watu nibani sikilku.
  J W L
47. Awu gunung ngebaki kampung.
  J W L
48. Lemarine nindhihi awake Candra.
  J W L
49. Sleyere nutupi mripatku.
  J W L
50. Jamu beras kencur nyegerake awakku.
  J W L
51. Sampone ngrontogake rambutku.
  J W L

4.5 Subjek Berwujud Tanpa Aktivitas tetapi Dianggap Bisa Bergerak
 Semua benda yang berwujud tanpa aktivitas atau bergerak sudah dijelaskan di atas bahwa tidak memiliki nyawa. Akan tetapi dalam paparan ini akan diperluas kata benda itu seperti manusia atau semua yang bisa dianggap memiliki nyawa. Sebab dianggapnya kata benda itu bisa bergerak dikarenakan ada yang menggerakannya. Dan dalam kalimat aktif jika kata tersebut menjadi subjek bisa dikatakan sebagai penindak. Seperti contoh di bawah ini:
52. Montor nabrak wit asem.
  J W L
53. Bis Sumber Kencana nyrempet becak.
  J W L
54. Becake nyenggol wong bakulan.
  J W L
 Predikat kalimat yaitu nabrak, nyrempet, dan nyenggol, berupa aktif dan nmemiliki sifat pekerjaan, aktivitas, atau gerakan. Predikat di sini juga menjelaskan tentang pekerjaan. Sementara subjek yang dianggap tidak bernyawa dianggap bisa bergerak dengan cara digerakkan. Sedangakan kata wit asem, becak, dan wong bakulan sebagai objek yang dikenai sasaran.
 Predikat kalimat aktif yang mendapat awalan nasal dan akhiran –i atau –ke juga memili kaidah yang sama dengan predikat kalimat aktif yang hanya berimbuhan awalan nasal. Seperti contoh-contoh di bawa ini:
55. Pesawat ngebomi omahe warga.
  J W L
56. Dhesel nyedhoti banyu sawise udan.
  J W L K
57. Traktor ngurasi endhut ing Porong.
  J W L K
58. Keluk nutupi gunung.
  J W L
80. Banjir ngrusakake dalan.
  J W L
59. Bledhege nggosongake wit.
  J W L
 Subjek kalimat-kalimat di atas seperti melakukan pekerjaan selayaknya manusia, yaitu kata pesawat, dhesel, keluk, traktor, dan keluk. Berbeda dengan subjek yang beraktivitas karena keadaan, objek di sini dikenai sasaran, bukan keadaan. Sementara itu predikat tetap mencerminkan kata kerja aktif yang menjelaskan subjek.



























SIMPULAN

 Kalimat aktif yaitu kalimat yang predikatnya berupa kata kerja aktif yang mencerminkan penindaknya aktif. Subjek itu bagian kalimat yang dijelaskan, dibicarakan, dan yang diceritakan keadaann, dan aktivitasnya. Subjek itu berada di sebelah kiri predikat.
Kata benda yang menjadi subjek kalimat aktif terbentuk karena (1) berwujud yang aktivitasnya karena nalar dan pikiran, (2) berwujud yang aktivitasnya karena naluri, (3) berwujud yang aktivitasnya karena keadaan, (4) berwujud tanpa aktivitas, dan (5) berwujud tanpa aktivitas akan tetapi bisa bergerak, kecuali Tuhan, malaikat, dsb.
Peran atau kedudukan subjek dan predikat pada kalimat sama-sama baku. Dalam arti lain suatu kalimat setidaknya harus mempunyai subjek dan predikat, keduanya juga saling berhubungan antaranya saling menjelaskan dan dijelaskan.



















DAFTAR PUSTAKA

Adipitoyo, Sugeng. 2000. Valensi Sintatksis dalam Bahasa Jawa. Surabaya: University Press, IKIP Surabaya
Antunsuhono. 1953. Reringkesaning Paramasastra Djawa (Bagian II, cetakan kedua). Djokdja: Hien Hoo Sing
Gudai, Darmansyah. 1989. Semantik Beberapa Topik Utama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Hadiwidjana. 1967. Tata-Sastra. Jogja: U.P Indonesia
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik (Edisi Kedua).
Jakarta: Gramedia
Padmosoekotjo, S. 1987. Paramasastra Jawa. Surabaya: PT. Citra Jaya Murti
Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis (Edisi Kedua).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Poerwadarminta. 1953. Sarining Paramasastra Djawa.
Jakarta: Noordhoff. Kolff. V
 Sasangka, Sri Satriya. 2008. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua
Sastrasoepadma, S. 1958. Paramasastra Djawi. Jogjakarta: Soejadi
Subagyo, Rahmad. 2008. Titi Kalimat. Surabaya: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FBS UNESA
Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik, Bagian Kedua: Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajahmada University Press
Sudaryanto, Ed. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa.
Yogyakarta: Duta Wacana
 Sudaryanto,dkk. 1991. Diatesis dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Tampubolon, DP. 1979. Tipe-Tipe Semantik Kata Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Wedhawati. 2006. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa mutakhir.
Yogyakarta: Kanisius.

1 komentar: